LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI PERHITUNGAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA SAMPEL JAMU
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN
PARASITOLOGI
“PERHITUNGAN
ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA SAMPEL JAMU”
DISUSUN
OLEH :
NAMA : ZUZI
NOPRIANNI
NPM :
F0I020097
KELAS : 1 A
DOSEN
PENGAMPUH : SUCI RAHMAWATI,
S.Farm,Apt,M.Farm
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN
PARASITOLOGI
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
“PERHITUNGAN
ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA SAMPEL JAMU”
I.
TUJUAN
Tujuan dalam
praktikum angka lempeng total ini adalah sebagai berikut :
1.
Mampu melakukan
penetapan angka lempeng total
2.
Mampu menetapkan
cemaran bakteri yang terdapat pada obat tradisional (jamu).
II.
LANDASAN TEORI
Pertumbuhan dapat didefinisikan secara umum yaitu
sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Dengan
demikian, pertumbuhan ukuran yang diakibatkan oleh bertambahnya air atau karena
penumpukan lemak, bukan merupakan pertumbuhan. Perbanyakan sel merupakan
konsekuensi pertumbuhan. Pada organisme multiseluler (banyak sel), yang disebut
pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel per mikroorganisme. Pada organisme
multiseluler (ber sel satu), pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, yang
juga berarti penambahan jumlah organisme yang membentuk populasi atau satu
biakan. Pada organisme seonostik (aseluler), selama pertumbuhan ukuran sel menjadi
besar, tetapi tidak terjadi pembelahan sel (Dwidjoseputro, 2005).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengukur atau menghitung jumlah jasad renik yaitu:
a)
Perhitungan
jumlah sel
·
Hitungan
mikroskopis
·
Hitungan cawan
·
MPN (most
probable number)
b)
Perhitungan masa
sel secara langsung
·
Cara volumetric
·
Cara gravimetric
·
Turbidimetri
(kekeruhan)
c)
Perhitungan
massa sel secara tidak langsung
·
Analisis
komponen sel (protein, ADN, ATP, dan sebagainya)
·
Analisis produk
katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas)
·
Analisis
konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral dan
sebagainya)
Pada praktikum
kali ini metode
yang digunakan adalah
metode hitungan cawan (TPC)
atau Angka lempeng total. Angka lempeng total adalah angka
yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel
makanan yang diperiksa.Prinsip dari metode
hitungan cawan adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob
mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara
tuang kemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°. Bila sel mikroba
yang masih hidup ditumbuhkan pada
medium, maka mikroba
tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni
yang dapat dilihat
langsung, dan kemudian dihitung tanpa menggunakan
mikroskop. Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik
cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada prinsipnya dilakukan
pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian dilakukan penanaman pada media
lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah
inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan
jumlah koloni bakteri antara 30 -300. Angka lempeng total dinyatakan sebagai jumlah
koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan factor pengenceran.
Metode
ini merupakan cara paling sensitif
untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan:
·
Hanya sel
mikroba yang hidup yang dapat dihitung
·
Beberapa jasad
renik dapat dihitung sekaligus
·
Dapat digunakan
untuk isolasi, dan
identifikasi mikroba karena
koloni yang terbentuk mungkin
berasal dari mikroba yang
mempunyai penampang spesifik (Dwidjoseputro, 2005).
Selain keuntungan-keuntungan tersebut
diatas, metode hitungan
cawan juga mempunyai kelemahan
sebagai berikut:
·
Hasil perhitungan
tidak menunjukkan jumlah
sel yang sebenarnya,
karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.
·
Medium dan
kondisi inkubasi yang
berbeda mungkin menghasilkan
jumlah yang berbeda pula.
·
Mukroba yang
ditumbuhkan harus dapat
tumbuh pada medium
padat dan membentuk koloni yang
kompak, jelas dan tidak menyebar.
·
Memerlukan persiapan
dan waktu inkubasi
relatif lama sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung (Dwidjoseputro, 2005).
Hal-hal penting yang harus dipikirkan
matang sebelum menganalisa sampel untuk diketahui jumlah mikroorganismenya adalah:
1.
Memperkirakan jumlah
mikroorganisme yang ada dalam sampel persatuan volum.
2.
Memilih metode yang
cocok sehingga dihasilkan data yang akurat.
3.
Mengetahui jenis
/ golongan mikroorganisme yang akan dihitung, misalnya bermaksud akan menghitung
yeast, bakteri, atau bakteri genus tertentu saja.
4.
Menentukan media
pertumbuhan yang cocok.
5.
Benar-benar mengetahui
perbedaan morfologi koloni antara bakteri, yeast dan molds
6.
Mencari tahu standar
/ batas ambang / jumlah maksimum aman jika sample yang dianalisa memerlukan referensi
tersebut.
Uji
mikrobiologis suatu sediaan merupakan salah
satu uji yang
sangat penting untuk mengetahui kualitas suatu
sediaan. Makanan, minuman,
obat tradisional berasal dari
alam yaitu dari
hewan, tumbuhan, mineral
ataupun sediaan galeniknya. Oleh karena
didalam pengadaannya bahan-bahan
tersebut mengalami proses pengangkutan dan
penyimpanan dalam waktu
yang cukup lama.
Sehingga dalam proses tersebut
dapat terjadi pertumbuhan
mikroba didalamnya. Untuk
mengetahui bahwa bahan baku,
bahan tambahan maupun
sediaan jadi tidak
mengalami perubahan sifat serta bebas
dari kontaminan mikroba,
maka diperlukan uji mikrobiologis, meliputi pengujian angka
lempeng total (ALT), dan uji cemaran bakteri / kapang. Jika telah
dilakukan uji-uji tersebut, dan
tidak ditemukan bakteri
dan kapang yang sesuai standar
SNI, maka produk
tersebut layak untuk
dikonsumsi oleh
masyarakat.Dalam percobaan tentang
perhitungan jumlah mikroba
digunakan metode total plate
count (TPC). metode ini
merupakan analisis untuk
menguji cemaran mikroba dengan menggunakan metode pengenceran
dan metode cawan tuang. Metode cawan tuang
adalah metode per
plate. Metode ini
dilakukan dengan mengencerkan
sumber isolate yang telah
diketahui beratnya ke
dalam 9 ml
larutan garam fisiologis,
larutan yang digunakan sekitar 1 ml suspense ke dalam cawan petri
steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur media untuk makanan
mikroba.(dwidjoseputro. 2005)
Ada beberapa cara perhitungan
mikroba secara langsung yaitu menggunakan Colony counter, menggunakan
cara pengecatan dan
pengamatan di bawah mikroskop, dan cara
lainnya dengan menggunakan
filter membran. Keuntungan menggunakan
metode langsung yaitu
pelaksanaannya relative cepat dan tidak membutuhkan banyak peralatan.
Sedangkan kerugiannya yaitu sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan
dengan sel hidup, hal ini dapat menyebabkan sel
yang mati dapat terhitung juga. Cara menghitung mikroba
secara tidak langsung
dipakai untuk menentukan
jumlah mikroba secara
keseluruhan, baik yang
hidup maupun yang mati
atau hanya untuk
menentukan jumlah mikroba
yang hidup saja, tergantung cara
yang digunakan. Untuk
menentukan jumlah mikroba
yang hidup dapat dilakukan
setelah suspensi bahan
atau biakan mikroba
diencerkan beberapa kali dan
ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari macamnya bahan dan sifat
mikroba. Berapa cara
menetukan jumlah mikroba
secara tidak langsung yaitu
menghitung jumlah mikroba
menggunakan sentrifuge, berdasarkan kekeruhan, menggunakan
perhitungan elektronik (elektronik
counter), berdasarkan
analisis kimia, bedasarkan berat
kering, menggunakan cara
pengenceran, menggunakan cara Most
Probable Number (MPN) dan menggunakan metode
hitungan cawan ( Indra, 2009).
Metode tuang
dan sebaran dalam
perhitungan angka kuman
juga memiliki keuntungan dan
kelebihan. Keuntungan nya antara lain hanya sel yang masih hidup yang dihitung,
beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, dan dapat digunakan untuk isolasi
dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk. Sedangkan kelemahannya yaitu
kemungkinan terjadinya koloni yang berasal dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba
yang berpasangan, rantai atau kelompok sel; kemungkinan ini akan memperkecil jumlah
sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh
karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa
inkubasi; Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu
yang tumbuh menyebar diseluruh permukaan media agar sehingga menghalangi mikroba
lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung; Penghitungan
dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30-300 koloni; bila
jumlah populasi kurang
dari 30 koloni akan
menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun
bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan
hal yang sama
karena terjadi persaingan diantara
koloni; penghitungan populasi mikroba
dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya membutuhkan waktu 24 jam
atau lebih. Standar Plate Count (SPC) merupakan suatu standar yang digunakan untuk
melaporkan hasil analisis mikrobiologi. SPC menjelaskan cara menghitung koloni Yang
tumbuh pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menentukan jumlah
koloni.
A.
Metode MPN
Metode
MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi
(confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama,
keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan.
Uji ini mendeteksi sifat fermentative coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis
bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi
untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif
diferensial. Pada metode perhitungan
MPN ini digunakan
bentuk tiga seri
pengenceran, yang pertama 10-1,
10-2, dan 10-3.
Kemudian dari hasil
perubahan tersebut dicari nilai
MPNnya pada tabel
nilai MPN, dan
untuk jumlah bakterinya
maka digunakan rumus (Gobel,
2008).
Ada
banyak factor yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satu factor tersebut
adalah tinjauan mutu secara mikrobiologis mengingat pangan merupakan produk yang
sangat rentan terhadap kontaminasi bakteri, khamir maupun kapang. Oleh karena itu
dikenal suatu mekanisme yang disebut system manajemen keamanan mikrobiologis pangan.
Tujuan dari system manajemen keamanan mikrobiologis pangan tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat kaitannya dengan
produk pangan. Selain itu, tujuan yang lain adalah untuk memfasilitasi perdagangan
yang adil khususnya dalam menghadapi World Trade Organization terutama dalam perjanjian
Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS). Di tingkatan negara, sistem tersebut
diwujudkan melalui regulasi pemerintahyang dituangkan dalam undang-undang
keamanan pangan maupun melalui standarnasional
yang ditetapkan. Sedangkan
di tingkat industri
pangan sendiri, sistem tersebut diejawantahkan dalam bentuk
Good Manufacturing Practises
(GMP), sistem sanitasi dan Hazard Analytical Critical Control Point
(HACCP). GMP pertama kalidikembangkan
oleh Food and Drug
Administration (FDA) di AmerikaSerikat.Di Indonesia, sistem
tersebut diadopsi menjadi
Cara Produksi Makanan
yangBaik (CPMB) atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Cara Produksi
Pangan yangBaik (CPPB). The International
Commision for Microbiological Specification
of Foods (ICMSF) pada
tahun 2002 mengeluarkan
suatu pendekatan baru
dalam sistemkeamanan pangan
yang dikenal sebagai
FSO atau Food Safety
Objective. Definisi dariFSO adalah
frekuensi atau konsentrasi
maksimal suatu bahaya
mikrobiologi yang bolehada dalam suatu produk pangan pada saat
dikonsumsi agar memberikan perlindunganyang
tepat (Appropriate Level
of Protection/ALOP). Nilai
FSO didapatkan dari suatu
pengkajian resiko keamanan
pangan yang mendalam
dan bertahun-tahun dan dihubungkan
dengan ALOP.Untuk parameter
keamanan sampel terdiri dari
jumlah mikroba, jumlah
bakteri pathogen, bahan
baku yang digunakan, dan pewarna
yang digunakan.
B.
Metode TPC (Hitungan
Cawan)
Metode hitungan cawan didasarkan
pasa anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang biak menjadi satu
koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan mengandung indeks bagi jumlah
mikroorganisme yang dapat terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dalam
metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut.
Setelah inkubasi, jumlah masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan
statistic, cawan yang dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang mengandung antara
30 -300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya,
maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam
jumlah yang memenuhi persyaratan tersebut, harus dilakukan sederetan pengenceran
dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan
menggunakan jumlah koloni yang terbentuk dengan factor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan:
Faktor pengenceran = Pengenceran
x Jumlah yang ditanam
Jumlah koloni = Jumlah yang ditanam x Faktor pengenceran
III.
ALAT DAN BAHAN
·
ALAT
1.
Beacker Glass
2.
Bunsen/ Pembakar
Spiritus
3.
Cawan Petri
4.
Vortex Mixer
5.
Pipet Tetes
6.
Gelas Ukur
7.
Tabung Reaksi
8.
Rak Tabung
Reaksi
9.
Korek Api
10. Timbangan Digital
11. Hot Plate
12. Autoclave
·
BAHAN
1.
Nutrien Agar
(NA)
2.
Sampel Makanan
(Roti Tawar)
3.
Aquadest
4.
Alkohol
IV.
PROSEDUR KERJA
1.
Sterilisasikan
alat terlebih dahulu, bungkus semua alat menggunakan Koran.
2.
Masukkan alat
yang telah di bungkus dengan Koran ke dalam autoclave, lalu tutup autoclave dan
nyalakan autoclave.
3.
Timbang sampel
jamu menggunakan timbangan digital sebanyak 1 gram, dan dialasi dengan kertas
perkamen.
4.
Cairkan NA yang
terdapat di dalam erlemeyer putar putar NA diatas hot plate
5.
Matikan
autoclave setelah suhu mencapai 121º C, tunggu sampai 15 menit.
6.
Setelah 15
menit, buka penutup autoclave.
7.
Sterilkan tempat
dan tangan dengan cara meng-spray tempat dengan alkohol
8.
Nyalakan
pembakar spiritus/ Bunsen
9.
Keluarkan alat
dari autoclave, buka bungkusan alat dari Koran
10. Ambil aquadest sebanyak 100 ml menggunakan gelas
ukur, lalu tuangkan kedalam beacker glass
11. Masukkan jamu yang sudah ditimbang tadi kedalam
beacker glass
12. Homogenkan dengan menggunakan vortex mixer
13. Masukkan NA kedalam 3 cawan petri yang sudah diberi
label 10, 10-1 dan 10-2 dengan masing masing banyaknya 1
cm dan tunggu hingga memadat/ mengeras
14. Lakukan pengenceran untuk sampel 10-1 dan
10-2
15. Larutkan aquadest sebanyak 9 ml dan sampel jamu
sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi kemudian homogenkan dengan vortex mixer dan
beri label 10-1
16. Larutkan aquadest sebanyak 9 ml dan sampel dari
pengenceran 10-1 sebanyak 1 ml, masukkan kedalam tabung reaksi
kemudian homogenkan dengan vortex mixer dan beri label 10-2
17. Teteskan sampel tersebut sebayak 5 tetes kedalam
masing masing cawan petri berdasarkan labelnya ( 10, 10-1, dan 10-2)
18. Setelah itu masukkan kedalam incubator dengan suhu
36º C selama 1 x 24 jam dengan kondisi terbalik.
V. LEMBAR KERJA
ALTB pada sampel jamu
Sample : Jamu
Diproduksi :
No. Batch :
No. Registrasi :
Konsentrasi sample :
10, 10-1, 10-2
Jumlah koloni tiap konsentrasi
:
10 : 500
10-1 : 66
10-2 : 63
No. |
Sampel |
5 |
∑colony |
ALT (colony/g) (colony/ ml) |
||
1. |
Jamu |
5 |
10 |
10-1 |
10-2 |
|
500 |
66 |
63 |
Perhitungan :
1.
Cawan dengan jumlah 25 – 250 colony
N : ∑C/ {(1 x π1) + (0,1 x π2) x d
:66 + 63/ {(1x1) + (0,1 x 1)} x 10
: 129/ (1+0,1) x 10
: 129/1,1 x 10
: 117,27 x 10 koloni/ g
2.
Cawan dengan jumlah koloni > 250 jumlah koloni dari
pengenceran terakhir yang mendekati 250 dikalikan pengencerannya dinyatakan
sebagai perkiraan ALT.
Perkiraan
ALT : 500 x 10
:
5000 koloni / g
Syarat ALTB jamu serbuk < 106 koloni/ g
3.
Sampel 10 :
500 x 10 : 5 x 10-3
koloni/ g
Sampel
10-1 : 66 x 10-1 : 66 x 101 : 0,66 x 10-2 koloni/ g
Sampel
10-2 : 63 x 10-2 : 63 x 102 : 0,63 x 10-4 koloni/g
Syarat ALTB Jamu < 106 koloni/g
Kesimpulan : jamu dengan no. Bacth memenuhi
syarat ALTB
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
·
HASIL
No. |
Gambar |
Keterangan |
1. |
Sampel 10 |
Bentuk :
cocus/ bulat Warna :
putih kekuningan Jumlah koloni
: 500 x 10 |
2. |
Sampel 10-1 |
Bentuk :
cocus/ bulat Warna :
putih kekuningan Jumlah koloni
: 66 x 10-1 |
3. |
Sampel 10-2 |
Bentuk :
cocus / bulat Warna :
putih kekuningan Jumlah koloni
: 63 x 10-2 |
·
PEMBAHASAN
Prinsip
pengujian angka lempeng total (ALT) adalah untuk mengamati pertumbuhan koloni
bakteri yang terbentuk. Dalam praktikum ini metode yang digunakan adalah metode
spred (sebar) yaitu dengan membuat media agar pada cawan petri 1 cm dan
menambahkan sampel jamu dimana sudah dilakukan pengenceran terlebih dahulu dan
di dimasukkan ke dalan cawan petri dengan di spred (sebar) menggunakan alat
spreder yang steril. Sampel yang digunakan untuk uji angka lempeng total (ALT)
dengan menggunakan sampel jamu dimana jamu ini banyak peminat di kalangan
masyarakat. Pada pengujian angka lempeng total (ALT) digunakan aquadest steril
sebagai pengencer sampel dan menggunakan NA (Nutrien Agar) sebagai media
padatnya. Pembuatan media padat harus benar-benar streril dikarenakan untuk uji
angka lempeng total diperlukan media agar yang aseptis dan steril dengan menginkubasi
selama 24 jam, jika dalam rentang waktu 24 jam media agar steril maka dapat
melakukan penanaman sampel dengan metode spred.
Dari
hasil praktikum ini jumlah koloni pada cawan petri tidak bisa dihitung karena
Jumlah koloni per mL dalam pengenceran 10-2 adalah 1 koloni permL
jumlah koloni. Jumlah koloni yang tidak masuk range 30-300 tidak dapat dihitung
dan syarat yang menyatakan jumlah koloni adalah jumlah koloni yang memenuhi
range 30-300. Pada cawan petri pengenceran 10-1 tidak dapat dihitung
karena jumlah koloni lebih dari 300 koloni.
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
·
KESIMPULAN
Bakteri
adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas
dibandingkan dengan organisme lainnya. Bakteri umumnya merupakan organisme
uniseluler bersel tunggal, prokariota/ prokariot, tidak mengandung klorofil, serta
berukuran mikroskopik (sangat kecil).
Bakteri
memiliki 3 bentuk dasar yaitu kokus, basil, dan spiral. Pada hasil ALT (angka
lempeng total) jumlah koloni yang tidak masuk range 30-300 tidak dapat dihitung
dan syarat yang menyatakan jumlah koloni adalah jumlah koloni yang memenuhi
range 30-300. Dari sampel pentol yang diuji jumlah koloniyang terdapat dalam
sampel yakni 1 koloni dimana jumlah tersebut tidak masuk kedalam range 30-300
dan tidak dapat dapat dihitung.
·
SARAN
Saran dari saya ketika
melakukan praktikum alat, bahan, tempat/lingkungan dan orang yang akan
melakukan praktikum dalam kondisi steril agar tidak mempengaruhi hasil dari
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
·
Brotowidjoyo,
M.D., 1987. Mikroorganime Penyebab Penyakit . Jakarta : Media Sarana Press
·
Dwijoseputro, d.
1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. .Jakarta: Djambatan.
·
Pelczar,M.J.2007.
Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
·
Pratiwi, Sylvia
T. 2007. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga
·
Pratiwi, Rika
danAnjarsari.2002.Deteksi Ergosterol sebagai Indikator Kontaminasi Cendawan
pada Tepung Terigu.Jurnal, Teknol, dan Industri Pangan. 13 (3), 254.
·
Volk &
Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar .Jakarta : Erlangga
·
Volk, W. A. dan
Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
·
W.Lay.Bibiana.1994.Analisis
Mikroba di Laboratorium.Jakarta : PT.Raja Grafindo
·
Hadioetomo,R.S.1993.Mikrobiologi
Dasar Dalam Praktek.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
·
Gobel, Risco,
B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas Hasanuddin:
Makassar
Komentar
Posting Komentar