LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI PERHITUNGAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA SAMPEL JAMU

 

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

“PERHITUNGAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA SAMPEL JAMU”


DISUSUN OLEH :

NAMA                                     : ZUZI NOPRIANNI

NPM                                        : F0I020097

KELAS                                   : 1 A

DOSEN PENGAMPUH        : SUCI RAHMAWATI, S.Farm,Apt,M.Farm

 

 

 

 

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021











“PERHITUNGAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA SAMPEL JAMU”

      I.         TUJUAN

Tujuan dalam praktikum angka lempeng total ini adalah sebagai berikut :

1.     Mampu melakukan penetapan angka lempeng total

2.     Mampu menetapkan cemaran bakteri yang terdapat pada obat tradisional (jamu).


 

   II.         LANDASAN TEORI

Pertumbuhan dapat didefinisikan secara umum yaitu sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Dengan demikian, pertumbuhan ukuran yang diakibatkan oleh bertambahnya air atau karena penumpukan lemak, bukan merupakan pertumbuhan. Perbanyakan sel merupakan konsekuensi pertumbuhan. Pada organisme multiseluler (banyak sel), yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel per mikroorganisme. Pada organisme multiseluler (ber sel satu), pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, yang juga berarti penambahan jumlah organisme yang membentuk populasi atau satu biakan. Pada organisme seonostik (aseluler), selama pertumbuhan ukuran sel menjadi besar, tetapi tidak terjadi pembelahan sel (Dwidjoseputro, 2005).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur atau menghitung jumlah jasad renik yaitu:

a)     Perhitungan jumlah sel

·       Hitungan mikroskopis

·       Hitungan cawan

·       MPN (most probable number)

b)    Perhitungan masa sel secara langsung

·       Cara volumetric

·       Cara gravimetric

·       Turbidimetri (kekeruhan)

c)     Perhitungan massa sel secara tidak langsung

·       Analisis komponen sel (protein, ADN, ATP, dan sebagainya)

·       Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas)

·       Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral dan sebagainya)

Pada  praktikum  kali  ini  metode  yang  digunakan  adalah  metode  hitungan  cawan (TPC)  atau  Angka  lempeng total. Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa.Prinsip  dari  metode  hitungan  cawan  adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang kemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°. Bila  sel mikroba  yang  masih  hidup ditumbuhkan  pada  medium,  maka  mikroba  tersebut  akan berkembang  biak  dan  membentuk  koloni  yang  dapat  dilihat  langsung,  dan  kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30 -300. Angka lempeng total dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan factor pengenceran.

 Metode  ini merupakan cara  paling  sensitif  untuk menentukan  jumlah  jasad renik, dengan alasan:

·       Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung

·       Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus

·       Dapat  digunakan  untuk  isolasi,  dan  identifikasi  mikroba  karena  koloni  yang terbentuk  mungkin  berasal  dari mikroba  yang  mempunyai  penampang  spesifik (Dwidjoseputro, 2005).

Selain   keuntungan-keuntungan   tersebut   diatas,   metode   hitungan   cawan   juga mempunyai kelemahan sebagai berikut:

·       Hasil   perhitungan   tidak   menunjukkan   jumlah   sel   yang   sebenarnya,   karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.

·       Medium  dan  kondisi  inkubasi  yang  berbeda  mungkin  menghasilkan  jumlah  yang berbeda pula.

·       Mukroba   yang   ditumbuhkan   harus   dapat   tumbuh   pada   medium   padat   dan membentuk koloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar.

·       Memerlukan  persiapan  dan  waktu  inkubasi  relatif  lama  sehingga  pertumbuhan koloni dapat dihitung (Dwidjoseputro, 2005).

Hal-hal penting yang harus dipikirkan matang sebelum menganalisa sampel untuk diketahui jumlah mikroorganismenya adalah:

1.     Memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada dalam sampel persatuan volum.

2.     Memilih metode yang cocok sehingga dihasilkan data yang akurat.

3.     Mengetahui jenis / golongan mikroorganisme yang akan dihitung, misalnya bermaksud akan menghitung yeast, bakteri, atau bakteri genus tertentu saja.

4.     Menentukan media pertumbuhan yang cocok.

5.     Benar-benar mengetahui perbedaan morfologi koloni antara bakteri, yeast dan molds

6.     Mencari tahu standar / batas ambang / jumlah maksimum aman jika sample yang dianalisa memerlukan referensi tersebut.

Uji  mikrobiologis  suatu  sediaan merupakan  salah  satu  uji  yang  sangat  penting untuk  mengetahui kualitas  suatu  sediaan.  Makanan,  minuman,  obat  tradisional berasal  dari  alam  yaitu  dari  hewan,  tumbuhan,  mineral  ataupun  sediaan  galeniknya. Oleh   karena   didalam   pengadaannya   bahan-bahan   tersebut   mengalami   proses pengangkutan  dan  penyimpanan  dalam  waktu  yang  cukup  lama.  Sehingga  dalam proses  tersebut  dapat  terjadi  pertumbuhan  mikroba  didalamnya.  Untuk  mengetahui bahwa   bahan   baku,   bahan   tambahan   maupun   sediaan   jadi   tidak   mengalami perubahan   sifat serta   bebas   dari   kontaminan   mikroba,   maka   diperlukan   uji mikrobiologis, meliputi pengujian angka lempeng total (ALT), dan uji cemaran bakteri / kapang. Jika  telah  dilakukan  uji-uji tersebut,  dan  tidak  ditemukan  bakteri  dan kapang yang   sesuai   standar   SNI,   maka   produk   tersebut   layak   untuk   dikonsumsi   oleh masyarakat.Dalam  percobaan  tentang  perhitungan  jumlah  mikroba  digunakan  metode  total plate  count  (TPC). metode  ini  merupakan  analisis  untuk  menguji  cemaran  mikroba dengan menggunakan metode pengenceran dan metode cawan tuang. Metode cawan tuang  adalah  metode  per  plate.  Metode  ini  dilakukan  dengan  mengencerkan  sumber isolate  yang  telah  diketahui  beratnya  ke  dalam  9  ml  larutan  garam  fisiologis,  larutan yang digunakan sekitar 1 ml suspense ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur media untuk makanan mikroba.(dwidjoseputro. 2005)

Ada beberapa cara perhitungan mikroba secara langsung yaitu menggunakan Colony counter,  menggunakan  cara  pengecatan  dan  pengamatan  di bawah   mikroskop, dan   cara   lainnya   dengan   menggunakan   filter   membran. Keuntungan  menggunakan  metode  langsung  yaitu  pelaksanaannya  relative  cepat dan tidak membutuhkan banyak peralatan. Sedangkan kerugiannya yaitu sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dengan sel hidup, hal ini dapat menyebabkan sel  yang  mati  dapat terhitung juga.  Cara menghitung  mikroba  secara tidak  langsung dipakai  untuk  menentukan  jumlah  mikroba  secara  keseluruhan,  baik  yang  hidup maupun  yang  mati  atau  hanya  untuk  menentukan  jumlah  mikroba  yang hidup  saja, tergantung  cara  yang  digunakan.  Untuk  menentukan  jumlah  mikroba  yang  hidup dapat  dilakukan  setelah  suspensi  bahan  atau  biakan  mikroba  diencerkan  beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari macamnya bahan  dan sifat  mikroba.  Berapa  cara  menetukan  jumlah  mikroba  secara  tidak langsung  yaitu  menghitung  jumlah  mikroba  menggunakan  sentrifuge,  berdasarkan kekeruhan,  menggunakan  perhitungan  elektronik  (elektronik  counter),  berdasarkan analisis    kimia,    bedasarkan    berat    kering,    menggunakan    cara    pengenceran, menggunakan    cara Most Probable Number (MPN)    dan menggunakan metode hitungan cawan ( Indra, 2009).

Metode  tuang  dan  sebaran  dalam  perhitungan  angka  kuman  juga  memiliki keuntungan dan kelebihan. Keuntungan nya antara lain hanya sel yang masih hidup yang dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk. Sedangkan kelemahannya yaitu kemungkinan terjadinya koloni yang berasal dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel; kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi; Kemungkinan  ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar diseluruh permukaan media agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung; Penghitungan dilakukan pada  media  agar yang jumlah  populasi mikrobanya  antara 30-300 koloni;   bila   jumlah   populasi   kurang  dari   30   koloni akan   menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan    hal    yang    sama    karena    terjadi    persaingan    diantara    koloni;  penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih. Standar Plate Count (SPC) merupakan suatu standar yang digunakan untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi. SPC menjelaskan cara menghitung koloni Yang tumbuh pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menentukan jumlah koloni.

A.    Metode MPN

Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentative coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Pada  metode  perhitungan  MPN  ini  digunakan  bentuk  tiga  seri  pengenceran, yang  pertama  10-1,  10-2,  dan  10-3.  Kemudian  dari  hasil  perubahan  tersebut  dicari nilai  MPNnya  pada  tabel  nilai  MPN,  dan  untuk  jumlah  bakterinya  maka  digunakan rumus (Gobel, 2008).

Ada banyak factor yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satu factor tersebut adalah tinjauan mutu secara mikrobiologis mengingat pangan merupakan produk yang sangat rentan terhadap kontaminasi bakteri, khamir maupun kapang. Oleh karena itu dikenal suatu mekanisme yang disebut system manajemen keamanan mikrobiologis pangan. Tujuan dari system manajemen keamanan mikrobiologis pangan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat kaitannya dengan produk pangan. Selain itu, tujuan yang lain adalah untuk memfasilitasi perdagangan yang adil khususnya dalam menghadapi World Trade Organization terutama dalam perjanjian Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS). Di tingkatan negara, sistem tersebut diwujudkan melalui regulasi pemerintahyang dituangkan dalam undang-undang keamanan pangan maupun melalui standarnasional  yang  ditetapkan.  Sedangkan  di  tingkat  industri  pangan  sendiri,  sistem tersebut diejawantahkan dalam   bentuk   Good   Manufacturing   Practises   (GMP), sistem sanitasi dan Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP). GMP pertama kalidikembangkan  oleh Food  and  Drug  Administration (FDA)  di  AmerikaSerikat.Di Indonesia,  sistem  tersebut  diadopsi  menjadi  Cara  Produksi  Makanan  yangBaik (CPMB) atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Cara Produksi Pangan yangBaik (CPPB).  The  International  Commision  for  Microbiological  Specification  of  Foods (ICMSF)  pada  tahun  2002  mengeluarkan  suatu  pendekatan  baru  dalam  sistemkeamanan  pangan  yang  dikenal  sebagai  FSO  atau Food  Safety  Objective.  Definisi dariFSO  adalah  frekuensi  atau  konsentrasi  maksimal  suatu  bahaya  mikrobiologi yang bolehada dalam suatu produk pangan pada saat dikonsumsi agar memberikan perlindunganyang   tepat   (Appropriate   Level   of   Protection/ALOP).   Nilai   FSO didapatkan  dari  suatu  pengkajian  resiko  keamanan  pangan  yang  mendalam  dan bertahun-tahun   dan   dihubungkan   dengan   ALOP.Untuk   parameter   keamanan sampel  terdiri  dari  jumlah  mikroba,  jumlah  bakteri  pathogen,  bahan  baku  yang digunakan, dan pewarna yang digunakan.

B.    Metode TPC (Hitungan Cawan)

Metode hitungan cawan didasarkan pasa anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang biak menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan mengandung indeks bagi jumlah mikroorganisme yang dapat terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dalam metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan statistic, cawan yang dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang mengandung antara 30 -300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi persyaratan tersebut, harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan menggunakan jumlah koloni yang terbentuk dengan factor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan:

Faktor pengenceran = Pengenceran x Jumlah yang ditanam

 Jumlah koloni = Jumlah yang ditanam x Faktor pengenceran


 

 III.         ALAT DAN BAHAN

·       ALAT

1.     Beacker Glass

2.     Bunsen/ Pembakar Spiritus

3.     Cawan Petri

4.     Vortex Mixer

5.     Pipet Tetes

6.     Gelas Ukur

7.     Tabung Reaksi

8.     Rak Tabung Reaksi

9.     Korek Api

10.  Timbangan Digital

11.  Hot Plate

12.  Autoclave

·       BAHAN

1.     Nutrien Agar (NA)

2.     Sampel Makanan (Roti Tawar)

3.     Aquadest

4.     Alkohol


 

 IV.         PROSEDUR KERJA

1.     Sterilisasikan alat terlebih dahulu, bungkus semua alat menggunakan Koran.

2.     Masukkan alat yang telah di bungkus dengan Koran ke dalam autoclave, lalu tutup autoclave dan nyalakan autoclave.

3.     Timbang sampel jamu menggunakan timbangan digital sebanyak 1 gram, dan dialasi dengan kertas perkamen.

4.     Cairkan NA yang terdapat di dalam erlemeyer putar putar NA diatas hot plate

5.     Matikan autoclave setelah suhu mencapai 121º C, tunggu sampai 15 menit.

6.     Setelah 15 menit, buka penutup autoclave.

7.     Sterilkan tempat dan tangan dengan cara meng-spray tempat dengan alkohol

8.     Nyalakan pembakar spiritus/ Bunsen

9.     Keluarkan alat dari autoclave, buka bungkusan alat dari Koran

10.  Ambil aquadest sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur, lalu tuangkan kedalam beacker glass

11.  Masukkan jamu yang sudah ditimbang tadi kedalam beacker glass

12.  Homogenkan dengan menggunakan vortex mixer

13.  Masukkan NA kedalam 3 cawan petri yang sudah diberi label 10, 10-1 dan 10-2 dengan masing masing banyaknya 1 cm dan tunggu hingga memadat/ mengeras

14.  Lakukan pengenceran untuk sampel 10-1 dan 10-2

15.  Larutkan aquadest sebanyak 9 ml dan sampel jamu sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi kemudian homogenkan dengan vortex mixer dan beri label 10-1

16.  Larutkan aquadest sebanyak 9 ml dan sampel dari pengenceran 10-1 sebanyak 1 ml, masukkan kedalam tabung reaksi kemudian homogenkan dengan vortex mixer dan beri label 10-2

17.  Teteskan sampel tersebut sebayak 5 tetes kedalam masing masing cawan petri berdasarkan labelnya ( 10, 10-1, dan 10-2)

18.  Setelah itu masukkan kedalam incubator dengan suhu 36º C selama 1 x 24 jam dengan kondisi terbalik.


    V.          LEMBAR KERJA

ALTB pada sampel jamu

Sample                        : Jamu

Diproduksi                  :

No. Batch                    :

No. Registrasi             :

Konsentrasi sample     : 10, 10-1, 10-2

Jumlah koloni tiap konsentrasi :

10           : 500

10-1         : 66

10-2         : 63

No.

Sampel

5

∑colony

ALT (colony/g) (colony/ ml)

1.

Jamu

5

10

10-1

10-2

 

500

66

63

 

Perhitungan :

1.     Cawan dengan jumlah 25 – 250 colony

N : ∑C/ {(1 x π1) + (0,1 x π2) x d

:66 + 63/ {(1x1) + (0,1 x 1)} x 10

129/ (1+0,1) x 10

129/1,1 x 10

: 117,27 x 10 koloni/ g

2.     Cawan dengan jumlah koloni > 250 jumlah koloni dari pengenceran terakhir yang mendekati 250 dikalikan pengencerannya dinyatakan sebagai perkiraan ALT.

Perkiraan ALT   : 500 x 10

: 5000 koloni / g

Syarat ALTB jamu serbuk < 106 koloni/ g

3.     Sampel 10             : 500 x 10        : 5 x 10-3 koloni/ g

Sampel 10-1           : 66 x 10-1        : 66 x 101         : 0,66 x 10-2 koloni/ g

Sampel 10-2           : 63 x 10-2        : 63 x 102         : 0,63 x 10-4 koloni/g

Syarat ALTB Jamu < 106 koloni/g

Kesimpulan : jamu      dengan no. Bacth        memenuhi syarat ALTB


 

 VI.         HASIL DAN PEMBAHASAN

·       HASIL

 

No.

Gambar

Keterangan

1.

Sampel 10



Bentuk : cocus/ bulat

Warna : putih kekuningan

Jumlah koloni : 500 x 10

2.

Sampel 10-1



Bentuk : cocus/ bulat

Warna : putih kekuningan

Jumlah koloni : 66 x 10-1

3.

Sampel 10-2



Bentuk : cocus / bulat

Warna : putih kekuningan

Jumlah koloni : 63 x 10-2

 

·       PEMBAHASAN

Prinsip pengujian angka lempeng total (ALT) adalah untuk mengamati pertumbuhan koloni bakteri yang terbentuk. Dalam praktikum ini metode yang digunakan adalah metode spred (sebar) yaitu dengan membuat media agar pada cawan petri 1 cm dan menambahkan sampel jamu dimana sudah dilakukan pengenceran terlebih dahulu dan di dimasukkan ke dalan cawan petri dengan di spred (sebar) menggunakan alat spreder yang steril. Sampel yang digunakan untuk uji angka lempeng total (ALT) dengan menggunakan sampel jamu dimana jamu ini banyak peminat di kalangan masyarakat. Pada pengujian angka lempeng total (ALT) digunakan aquadest steril sebagai pengencer sampel dan menggunakan NA (Nutrien Agar) sebagai media padatnya. Pembuatan media padat harus benar-benar streril dikarenakan untuk uji angka lempeng total diperlukan media agar yang aseptis dan steril dengan menginkubasi selama 24 jam, jika dalam rentang waktu 24 jam media agar steril maka dapat melakukan penanaman sampel dengan metode spred.

Dari hasil praktikum ini jumlah koloni pada cawan petri tidak bisa dihitung karena Jumlah koloni per mL dalam pengenceran 10-2 adalah 1 koloni permL jumlah koloni. Jumlah koloni yang tidak masuk range 30-300 tidak dapat dihitung dan syarat yang menyatakan jumlah koloni adalah jumlah koloni yang memenuhi range 30-300. Pada cawan petri pengenceran 10-1 tidak dapat dihitung karena jumlah koloni lebih dari 300 koloni.


 

VII.         KESIMPULAN DAN SARAN

·       KESIMPULAN

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya. Bakteri umumnya merupakan organisme uniseluler bersel tunggal, prokariota/ prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil).

Bakteri memiliki 3 bentuk dasar yaitu kokus, basil, dan spiral. Pada hasil ALT (angka lempeng total) jumlah koloni yang tidak masuk range 30-300 tidak dapat dihitung dan syarat yang menyatakan jumlah koloni adalah jumlah koloni yang memenuhi range 30-300. Dari sampel pentol yang diuji jumlah koloniyang terdapat dalam sampel yakni 1 koloni dimana jumlah tersebut tidak masuk kedalam range 30-300 dan tidak dapat dapat dihitung.

 

·       SARAN

Saran dari saya ketika melakukan praktikum alat, bahan, tempat/lingkungan dan orang yang akan melakukan praktikum dalam kondisi steril agar tidak mempengaruhi hasil dari praktikum.


 

DAFTAR PUSTAKA

·       Brotowidjoyo, M.D., 1987. Mikroorganime Penyebab Penyakit . Jakarta : Media Sarana Press

·       Dwijoseputro, d. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. .Jakarta: Djambatan.

·       Pelczar,M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.

·       Pratiwi, Sylvia T. 2007. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga

·       Pratiwi, Rika danAnjarsari.2002.Deteksi Ergosterol sebagai Indikator Kontaminasi Cendawan pada Tepung Terigu.Jurnal, Teknol, dan Industri Pangan. 13 (3), 254.

·       Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar .Jakarta : Erlangga

·       Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.

·       W.Lay.Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : PT.Raja Grafindo

·       Hadioetomo,R.S.1993.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

·       Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas Hasanuddin: Makassar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK IDENTIFIKASI DAN GUGUS FUNGSI PADA TABLET METAMPIRON

LAPORAN MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI PEWARNAAN JAMUR DARI SAMPEL AIR DAN SAYUR