LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK UJI IDENTIFIKASI FENOL MENGGUNAKAN TABLET PARACETAMOL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
“UJI
IDENTIFIKASI FENOL MENGGUNAKAN TABLET PARACETAMOL”
DISUSUN
OLEH :
NAMA : ZUZI
NOPRIANNI
NPM :
F0I020097
KELAS : 1 A
DOSEN
PENGAMPUH : SUCI RAHMAWATI,
S.Farm,Apt,M.Farm
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
I.
TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum
ini yaitu untuk mengidentifikasi golongan senyawa fenol dan mengidentifikasi
secara spesifik paracetamol
II.
LANDASAN TEORI
Asetaminofen (parasetamol) sebagai analgesik, digunakan
luas pada penderita sakit
gigi dan sakit
kepala. Efek penggunaan parasetamol
mulai dapat dirasakan setelah 30 menit konsumsi obatdan kerjanya
berlangsung selama ±3
jam. Asetaminofen dapat berkonjugasi
dengan asam glukuronat atau sulfat dalam kelompok hidroksil fenolik, yang
kemudian terjadi penghilangan konjugatnya didalam lambung.
Pada dosis kecil,
sebagian konjugat dioksidasi menjadi N-asetil-benzoquinonimine. Konsumsi dosis
yang tinggi (sekitar 10 g) dapat
menyebabkan kerusakan pada hati. Kerusakan pada hati
dapat dihindari dengan
pemberian N-asetilsitein yang diberikan secara intravena. Konsumsi
asetaminofen yang rutin dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal (Lullman, 2005
: 276).
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan a-para-aminophenol
memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang
lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba pertama untuk
pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala
tipe tensi (Sweetman, 1982). Parasetamol
(C8H9NO2) mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari
jumlah yang tertera pada etiket Pemerian parasetamol berupa serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan, larut dalam 70 bagian air,
7 bagian (85%), 13 bagian aseton P, 40 bagian gliserol dan 9 bagian
propilenglikol P serta larut dalam alkali hidroksida (Dirjen POM, 1979).
Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/nyeri)
dan antipiretik (penurun panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi
masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat menyembuhkan demam, sakit kepala
dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat analgesik dan antipiretik ini
mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau yang lebih dikenal dengan
parasetamol (Rachdiati, 2008).
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan
para-aminophenol memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas
antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba
pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan
sakit kepala tipe tensi (Sweetman, 2004).
Parasetamol merupakan metabolit henasen dengan efek
antipiuretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzena dengan efek anlagetik
parasetamol menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek
antiinflamasi sangat lemah. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui
sluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa penuh plasma antara 1-3 jam.
Dalam plasma 25 %. Parasetamol terikat plasma. Obat ini dimetabolisme oleh
enzim mikrosom di hati (Sulistia, 2007).
Parasetamol (C8H9NO2) mengandung tidak kurang dari 90%
dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket Pemerian parasetamol
berupa serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan, larut
dalam 70 bagian air, 7 bagian (85%), 13 bagian aseton P, 40 bagian gliserol dan
9 bagian propilenglikol P serta larut dalam alkali hidroksida (Dirjen POM,
1979).
Dilihat dari strukturnya, parasetamol mempunyai gugus kromofor
dan ausokrom, yang dapat menyerap radiasi, sehingga dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri, tetapi kendala yang sering dijumpai adalah terjadinya
tumpang tindih spektra (overlapping) karena keduanya memiliki serapan maksimum
pada panjang gelombang yang berdekatan sehingga diperlukan proses pemisahan
terlebih dahulu (Wulandari, 2006).
Parasetamol merupakan zat aktif pada obat yang banyak digunakan dan
dimanfaatkan sebagai analgesik dan antipiretik. Parasetamol dimetabolisir oleh
hati dan dikeluarkan melalui ginjal. Parasetamol tidak merangsang selaput
lendir lambung atau menimbulkan pendarahan pada saluran cerna. Diduga mekanisme
kerjanya adalah menghambat pembentukan prostaglandin. Obat ini digunakan untuk
melenyapkan atau meredakan rasa nyeri dan menurunkan panas tubuh. Analisis
parasetamol dilakukan untuk memastikan bahwa tablet parasetamol sesuai dengan
kriteria yang tertera pada Farmakope Indonesia dan memastikan bahwa parasetamol
dapat memberikan efek farmakologi yang diharapkan pada pasien (Ansel, 1989).
III.
ALAT DAN BAHAN
A.
ALAT
1.
Lumpang dan alu
2.
Tabung reaksi
3.
Pipet tetes
4.
Batang pengaduk
5.
Beacker glass
6.
Hotplate
B.
BAHAN
1.
Tablet paracetamol
2.
Aquadest
3.
FeCl3
4.
NaOH
5.
H2SO4
6.
Natrium bicarbonat
7.
Formalin
8.
Fehling A
9.
Fehling B
IV.
PROSEDUR KERJA
·
Reaksi Umum
§ PCT dilarutkan
dalam FeCl3
1.
Masukkan paracetamol kedalam tabung reaksi
2.
Masukkan FeCl3 kedalam tabung reaksi sebanyak
3 – 5 tetes, lalu aduk
3.
Amati perubahan yang terjadi.
·
Reaksi Marquez
1.
Larutkan paracetamol dengan aquadest kedalam beacker
glass, lalu aduk
2.
Masukkan 3 tetes aquadest dan paracetamol yang telah
dilarutkan kedalam tabung reaksi
3.
Tambahkan formalin 3 tetes
4.
Tambahkan H2SO4 pekat 3 tetes
5.
Perhatikan perubahan yang terjadi
·
Reaksi Fehling
1.
Larutkan paracetamol kedalam aquadest
2.
Masukkan paracetamol yang telah larut dengan aquadest
kedalam tabung reaksi sebanyak 3 tetes
3.
Tambahkan 3 tetes fehling A dan fehling B 3 tetes lalu
aduk
4.
Panaskan larutan dengan cara, ambil beacker glass isi
dengan aquadest masukkan tabung reaksi yang berisi larutan kedalamnya panaskan
diatas hotplate
5.
Setelah keluar uap, angkat dan amati perubahan yang
terjadi
·
Reaksi Laendwar
1.
Larutkan paracetamol kedalam aquadest
2.
Masukkan paracetamol yang telah larut dengan aquadest
kedalam tabung reaksi sebanyak 3 tetes
3.
Tambahkan FeCl3 3 tetes, lalu aduk
4.
Tambahkan natrium bicarbonat sebanyak 3 tetes, lalu aduk
5.
Amati perubahan yang terjadi
V.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
HASIL
·
Reaksi Umum
Jenis Reaksi |
Reaksi |
Hasil |
Paracetamol dilarutkan dalam FeCl3 |
PCT + FeCl3 |
Endapan berwarna abu abu |
Reaksi Marquez |
PCT + Aquadest/ H2O + Formalin + H2SO4 |
Larutan berwarna bening |
·
Reaksi Pembeda Fenol Bervalensi Tunggal Dengan Fenol Bervalensi
Banyak
Jenis Reaksi |
Reaksi |
Hasil |
Reaksi Fehling |
PCT + Aquadest/ H2O + Fehling A + Fehling B |
Larut, warna biru kehitaman |
Reaksi Laendwar |
PCT + Aquadest/ H2O + FeCl3 +
Natrium Bicarbonat |
Larut, berwarna kuning |
B.
PEMBAHASAN
Parasetamol atau
asetaminofen atau N-asetil-para-aminofenolasetominofen adalah obat analgesik
and antipiretik yang populer dandigunakan untuk melegakan sakit kepala,
sengal-sengal dan sakitringan, dan demam.Digunakan dalam sebagian besar resep
obatanalgesik salesma dan flu.
Praktikum kali ini
bertujuan untuk melakukan identifikasi dan penetapan kadar senyawa parasetamol
menggunakan metode titrasi nitrimetri. Untuk analisis kualitatif atau
identifikasi digunakan uji organoleptis, uji kelarutan, dan reaksi warna dengan
FeCl3. Sedangkan untuk analisis kuantitatif atau penetapan kadar digunakan
metode volumetri dengan titrasi nitrimetri,
Uji kualitatif selanjutnya yaitu reaksi warna
menggunakan reagen FeCl3. Tahapannya yaitu parasetamol digerus supaya homogen,
kemudian ditimbang secara seksama sebanyak 100 mg menggunakan neraca digital.
Penimbangan tersebut tidak harus terlalu akurat karena hanya mengidentifikasi,
tidak menentukan kadar. Selanjutnya, serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambah aquadest sebanyak 10 ml hingga larut. Hasilnya yaitu terbentuk
larutan bening. Kemudian, larutan parasetamol tersbut ditambah 3 tetes
FeCl3. Hasilnya yaitu terjadi perubahan
warna larutan menjadi biru violet. Warna biru violet tersebut diperoleh dari senyawa kompleks antara gugus
fenol dengan ion logam Fe3+ sesuai reaksi :
Ar-OH (Fenol)+ Fe3+ (logam besi3) àFe3+ [Ar-OH]
(kompleks Fenol-Fe3+) biru violet.
Analisis kuantiatif atau
penentuan kadar parasetamol dilakukan dengan metode nitrimetri karena
paracetamol memiliki gugus amin aromatis primer yang dapat dianalisis dengan
baik dengan menggunakan metode ini. Metode nitrimetri merupakan metode pentapan
kadar secara kuntitatif dengan menggunkan larutan baku natrium nitrit, yang
didasarkan pada rekasi diazotasi yakni reaksi antara amin aromatic primer
dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Namun karena
asam nitrit tidak stabil dan mudah terurai, maka diganti dengan natrium nitrit.
VI.
KESIMPULAN DAN
SARAN
1.
Kesimpulan
Analisis kualitatif
merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam
cuplikan yang tidak di ketahui. Analisis kualitatif merupakan suatu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam
larutan.Dalam metode analisis kualitatif,kita menggunakan beberapa pereaksi,di
antaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Analisis kualitatatif dapat
digunakan untuk menganalisis reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung
C,H,N,O.
Setelah sampel ditambahkan
air dan pereaksi FeCL3 ,dan kocok terjadi perubahan warna menjadi biru menanda
adanya kandungan senyawa atau zat lain
Analisis kuantiatif atau
penentuan kadar parasetamol dilakukan dengan metode nitrimetri karena
paracetamol memiliki gugus amin aromatis primer yang dapat dianalisis dengan
baik dengan menggunakan metode ini. Metode nitrimetri merupakan metode pentapan
kadar secara kuntitatif dengan menggunkan larutan baku natrium nitrit, yang
didasarkan pada rekasi diazotasi yakni reaksi antara amin aromatic primer
dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Namun karena
asam nitrit tidak stabil dan mudah terurai, maka diganti dengan natrium nitrit.
2.
Saran
Untuk pelaksanaan praktikum ini sebaiknya mahasiswa yang melaksanakan praktikum
tersebut lebih berhati hati dalam pengambilan bahan,mahasiswa juga harus lebih
tertib dalam menjalankan praktikum tersebut seperti bersuara jika penting,dan
tidak ada kegiatan lain slain kegiatan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
·
Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Edisi keempat. Penerjemah: Farida Ibrahim. Penerbit Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
·
Dirjen POM. 1979. Farmakope Edisi III.Depkes RI: Jakarta
·
Dirjen POM. 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV.Depkes RI:
Jakarta
·
Sulistia, Jatmiko. 2007. Penetapan Kadar Co-Trimoksazol
Yang Dilakukan Dengan Menggunakan Spektrofotometer Ultraviolet Secara Simultan
– KLT. Jurnal Litbang. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang
·
Sweetman A.P. 2005. Profil Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi Ekstrak Tempuyung Sonchus arvensis L. Dan Toksisitasnya Terhadap Artemia
salina. Skripsi. Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Komentar
Posting Komentar