LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DENATURASI PROTEIN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
“DENATURASI
PROTEIN”
DISUSUN
OLEH :
NAMA : ZUZI
NOPRIANNI
NPM :
F0I020097
KELAS : 1 A
DOSEN
PENGAMPUH : SUCI RAHMAWATI,
S.Farm,Apt,M.Farm
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
PRODI D3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
I.
TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
proses denaturasi protein.
II. LANDASAN TEORI
Protein merupakan makromolekul
yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering
pada semua organisme. Sebagai makro molekul, protein merupakan senyawa organik
yang mempunyai berat molekul tinggi dan berkisar antara beberapa ribu sampai
jutaan dan tersusun dari C, H, O dan N serta unsur lainnya seperti S yang
membentuk asam-asam amino. Semua protein pada semua makhluk, dibangun oleh oleh
susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam asam amino baku yang molekulnya sendiri
tidak mempunyai aktivitas biologis sedang protein sebagai enzim dan hormon
mempunyai fungsi khusus. Disamping itu protein dapat berfungsi sebagai
pembangun struktur, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH dan bahkan
sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Patong, 2012).
Protein sangat berperan penting
dalam proses tubuh. Proses kimia tubuh dapat berlangsung dengan baik karena
adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu,
hemoglobin dalam butir-butir darah merah (eritrosit) yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh adalah suatu jenis
protein. Demikian juga zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri atau yang
biasa disebut antigen juga suatu protein. Protein merupakan jenis zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan juga untuk
pertumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan
yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber
protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum,
jagung, dan buah-buahan.
Beberapa asam amino mempunyai
reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat
diketahui komponen asam amino suatu protein. Uji protein dengan metode
identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan beberapa prinsip.
Prinsip tersebut diantaranya uji biuret,
pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam, pengendapan dengan alkohol,
uji koagulasi dan denaturasi protein. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui proses
terjadinya denaturasi protein.
Protein
adalah senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga
jutaan satuan(g/mol), komponen protein terdiri atas atom karbon, hydrogen,
oksigen, nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur dan fosfor. Protein
yang tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Protein disebut
juga polypeptida karena beberapa asam amino saling berikatan dalam ikatan
peptida. Adapun protein yang mengandung bahan selain asam amino, seperti
turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat, disebut protein kompleks. Secara
biokimiawi, 20% dari susunan tubuh orang dewasa terdiri dari protein. Kualitas
protein ditentukan oleh jumlah den jenis asam aminonya (Devi, 2010).
Protein
murni tidak berwarna dan tidak berbau. Jika protein tersebut dipanaskan,
warnanya berubah menjadi coklat dan baunya seperti bau bulu atau bau rambut
terbakar. Keratin misalnya, yaitu protein yang monomernya banyak mengandung
asam amino sistein. Jika keratin dibakar, timbul bau yang tidak enak. Protein
alam yang murni juga tidak memiliki rasa, tetapi hasil hidrolisis protein,
yaitu proteosa, pepton, dan peptida, mempunyai rasa pahit. Pada umumnya,
protein terdapat dalam bentuk amorf dan hanya sedikit sekali yang terdapat
dalam bentuk Kristal. Protein nabati umumnya lebih mudah membentuk Kristal
dibandingkan dengan protein hewani. Protein hewani seperti hemoglobin mudah
membentuk suatu Kristal, sedangkan albumin sukar. Kandungan protein pada setiap
bahan berbeda-beda. Beberapa protein enzim, seperti tripsin, pepsin, urease,
dan katalase juga dapat membentuk Kristal (Sumardjo, 2008).
Denaturasi
protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan karakteristik bentuk
protein akibat dari gangguan interaksi sekunder, tersier, dan kuaterner
struktural. Karena fungsi biokimia protein tergantung pada tiga dimensi
bentuknya atau susunan senyawa yang terdapat pada asam amino. Hasil denaturasi
adalah hilangnya aktivitas biokimia yang terjadi didalam senyawa protein itu
sendiri. Meskipun beberapa protein mengalami kemungkinan untuk kehilangan
kandungan senyawa mereka karakteristik struktural saat denaturasi. Namun,
kebanyakan protein tidak akan mengalami hal tersebut, hanya saja tidak menutup
kemungkinan juga protein akan berubah struktur kecil didalamnya saat proses
denaturasi terjadi secara umum, prosesnya sama dan tidak dapat diubah ( Stoker,
2010).
Melalui
reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi
berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut asam amino
non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin,
Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam
amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin,
Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang
bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang
bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar
seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi, 2012).
Protein
yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi
pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan (CH3COO)2Pb.
Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila
terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan
protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein
karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein
untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi
millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret
berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah
ditambahkan garam (Sri, 2012)
III. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a.
Tabung
reaksi
b.
Rak tabung reaksi
c.
Gelas
beaker
d.
Pipet
tetes
e.
Cawan
2. BAHAN
a.
Putih
telur
b.
Tahu
putih
c.
Aquadest
d.
H2SO4
e.
HCl
f.
Etanol
95%
IV. PROSEDUR KERJA
1.
Timbang
tahu sebanyak 2 gr untuk tiap larutan
2.
Hancurkan
tahu dengan aquadest dalam gelas beaker
3.
Siapkan
tabung reaksi
4.
Masukkan
larutan tahu kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml lalu masukkan larutan sebanyak
ad memberikan reaksi
5.
Lalu
amati apa yang terjadi dari reaksi tersebut
6.
Lakukan
hal yang sama dengan putih telur bedanya putih tekur tak perlu di timbang hanya
ditetesi saja sebanyak 3 ml ke masing masing tabung reaksi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
HASIL
A.
Reaksi tahu
1.
HCl + Tahu → Larut
2. Etanol + Tahu → Homogen (larut)
3. Aquadest
+ Tahu → Larut
4. H2SO4 + tahu→ larut (tidak ada endapan)
B.
Reaksi Putih Telur
1. H2SO4 + Putih telur → Larut terdapat
endapan
2. HCl + Putih telur → Larut
3. Etanol + Putih telur → Endapan
4.
Aquadest + Putih telur→Larut
2. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, pada
sampel tahu yang dilarutkan kedalam HCl hasilnya menjadi larut, pada sampel
tahu yang di larutkan dengan etanol hasilnya menjadi Homogen (larut), pada
sampel tahu yang dilarutkan dengan aquadest hasilnya menjadi larut, pada sampel
tahu yang dilarutkan kedalam H2SO4 hasilnya menjadi larut dan tidak terdapat
endapan, selanjutnya sampel putih telur dengan H2SO4 hasilnya menjadi larut
terdapat endapan, pada sampel putih telur yang dilarutkan dengan HCl hasilnya
menjadi larut, pada sampel putih telur yang di larutkan dengan etanol hasilnya
menjadi terdapat endapan, percobaan selanjutnya sampel putih telur tang
dilarutkan dengan aquadest hasilnya menjadi larut.
Protein adalah komponen yang
terdiri atas atom karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa ada yang
mengandung sulfur dan fosfor. Tersusun dari serangkaian asam amino dengan berat
molekul yang relatif sangat besar, yaitu berkisar 8.000 sampai 10.000. Protein
yang tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Adapun protein
yang mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan
karbohidrat, disebut protein kompleks. Pengujian kelarutan protein terhadap
pemanasan dilakukan dengan menggunakan putih telur ayam, susu sapi dan susu
kedelai sebagai materi uji. Jika protein tersebut dipanaskan, warnanya berubah
menjadi coklat dan baunya seperti bau rambut terbakar. Protein alam yang murni
juga tidak memiliki rasa, tetapi hasil hidrolisis protein, yaitu proteosa,
pepton, dan peptida. Viskositas larutan protein dipengaruhi oleh jenis dan
konsentrasi protein. Denaturasi protein merupakan proses terjadinya perubahan
atau modifikasi terhadap konformasi protein yang terjadi pada struktur tersier
maupun kuartener dari protein. Jika protein dalam sel hidup didenaturasi, ini
menyebabkan gangguan terhadap aktivitas sel dan kemungkinan kematian sel.
Adapun beberapa hal yang menjadi faktor pemicu terjadinya denaturasi protein
antara lain faktor kimia, yakni perubahan protein yang disebabkan oleh
bahan-bahan kimia. Bahan-bahan tersebut seperti basa, asam, garam organik,
anion kompleks, logam berat, dehydrating agent, alkohol, garam netral namun
konsentratnya tinggi, pelarut organik, uream guanidine dan lain-lain.
Sedangkan, faktor fisika, yakni denaturasi protein yang terjadi akibat
pemanasan atau pendinginan, sinar ultraviolet, tekanan tinggi, pengocokan
secara intensif, pH ekstrim, tekanan yang cukup tinggi dan lain-lain. Dampak
yang ditimbulkan karena proses denaturasi adalah misalnya pada produk daging,
Perubahan pH menyebabkan sebagian protein terdenaturasi dan perubahan muatan
protein. Perubahan muatan protein akan mengubah jarak antar serat-serat daging
sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam menyerap dan memantulkan cahaya yang
akan mempengaruhi penampakan (warna) daging secara visual. Ketika makanan
dimasak, beberapa protein akan terdenaturasi, contohnya denaturasi protein
putih telur. Saat baru dari telur, putih telur berwujud transparan dan cair.
Memasak putih telur membuatnya menjadi buram, membentuk sebuah massa padat yang
saling berhubungan, inilah sebabnya mengapa telur rebus menjadi keras dan
daging dimasak menjadi lebih padat. Transformasi yang sama dapat dilakukan
dengan suatu bahan kimia yang bersifat mendenaturasi. Menuangkan putih telur ke
dalam gelas kimia aseton juga akan mengubah putih telur buram dan padat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Protein adalah komponen yang terdiri atas atom karbon, hydrogen, oksigen,
nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur dan fosfor. Denaturasi
protein merupakan proses terjadinya perubahan atau modifikasi terhadap
konformasi protein yang terjadi pada struktur tersier maupun kuartener dari
protein. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein yaitu factor
kimia seperti basa, asam, garam organik. Sedangkan, faktor fisika yakni sinar
ultraviolet, tekanan tinggi, pengocokan secara intensif, pH ekstrim. Dampak
akibat denaturasi protein pada putih telur yaitu membuatnya menjadi buram,
membentuk sebuah massa padat yang mengakibatkan telur rebus menjadi keras.
2. SARAN
Sebaiknya
praktikan lebih teliti lagi dalam mengerjakan prosedur langkah percobaan
praktikum kali ini.
DAFTAR PUSTAKA
·
Devi, N. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
·
Stoker, H. 2010. General, Organic, And Biological Chemistry
Fifth Edition. Belmont, CA USA : Cengage Learning
·
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan
Press, Makassar.
·
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
·
Samadi. 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada
Ternak Ayam Pedaging (online),
(http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol:
12 (2), Hal : 42-48, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
·
Sri. 2012, Praktikum Reaksi Uji Protein.
Http://ruanglingkupgurukimia.blogspot.com (diakses pada tanggal 28 Mei 2016)


Komentar
Posting Komentar