LAPORAN MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI PEWARNAAN JAMUR DARI SAMPEL AIR DAN SAYUR

 LAPORAN MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

“PEWARNAAN JAMUR DENGAN SAMPEL AIR DAN SAYUR”



DISUSUN:

 

NAMA                                     : ZUZI NOPRIANNI

NPM                                        : F0I020097

KELAS                                   : 1 A

DOSEN PENGAMPUH        : SUCI RAHMAWATI, S.Farm,Apt,M.Farm

 

 

 

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

 





 

PEWARNAAN JAMUR DENGAN SAMPEL AIR DAN SAYUR

      I.            TUJUAN

                       1.            Mengetahui macam-macam metode pewarnaan.

                        2.          Dapat membedakan bakteri gram positif dan negative dengan metode pewarnaan.

                        3.           Mengetahui macam-macam zat warna yang digunakan dalam pewarnaan.


  1. LANDASAN TEORI

Mikroorganisme yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. jamur  yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Dwidjoseputro, 1994).

Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Pelczar & Chan, 1986).

Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana (Pelczar & Chan, 1986). Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 1986). Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan jamur yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pewarnaan gram pertama kali mulai dikembangkan pada tahun 1884 oleh ahli histologi yaitu Cristian Gram (Cappuccino & Sherman, 1983). Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif  berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteri- bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram ( Dwidjoseputro, 1994).

Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Suriawa, 1986).

Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan.

Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian- bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah.

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

1.      Gram A /Zat warna utama (violet kristal)

2.    Gram B /Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.

3.    Gram C /Pencuci / peluntur zat warna (alkohol / aseton) yaitu solven  organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.

4.      Gram D / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alkohol.


  1. ALAT DAN BAHAN

A.    Alat :

1.      Mikroskop.

2.      Object glass.

3.      Cover glass.

4.      Pembakar bunsen.

5.      Pipet tetes.

6.      Batang ose.

7.      Cawan petri.

B.     Bahan :

1.      Jamur dari sampel air

2.      Jamur dari sampel sayur

3.      Methyline blue

4.      Gentian violet

5.      Alkohol 96%


  1. PROSEDUR KERJA
  • Pewarnaan jamur sampel air menggunakan methylene blue

1.      Bakar batang ose diatas pembakar bunsen sampai lingkaran jarum ose berwarna merah.

2.      Tunggu sebentar, lalu ambil jamur didalam cawan petri, bukak sedikit saja, menggunakan batang ose, lalu diletakkan diatas objek glass.

3.      setelah itu tetesi dengan methyline blue sebanyak 1-2 tetes.

4.      tutup dengan cover glass.

5.      lalu amati dibawah mikroskop.

  • Pewarnaan jamur sampel air menggunakan gentian violet

1.      Bakar batang ose diatas pembakar bunsen sampai lingkaran jarum ose berwarna merah.

2.      Tunggu sebentar, lalu ambil jamur didalam cawan petri, bukak sedikit saja, menggunakan batang ose, lalu diletkkan diatas objekglass.

3.      Setelah itu tetesi dengan gentian violet sebanyak 1-2 tetes.

4.      Tutup dengan cover glass

5.      lalu amati dibawah miskroskop

  • Pewarnaan jamur sampel sayur menggunakan methylene blue

1.      Bakar batang ose diatas pembakar busen sampai lingkaran jarum ose berwarna merah

2.      Tunggu sebentar, lalu ambil jarum didalam cawan petri, bukak sedikit saja, menggunakan batang ose, lalu diletakkan diatas objek glass.

3.      Setelah itu tetesi dengan Methyline blue sebanyak 1-2 tetes.

4.      Tutup dengan cover glass.

5.      lalu amati dibawah mikroskop.

  • Pewarnaan jamur sampel sayur menggunakan gentian violet

1.      Bakar batang ose diatas pembakar busen sampai lingkaran jamur ose berwarna merah.

2.      Tunggu sebentar, lalu ambil jamur di dalam cawan petri, buka sedikit saja, menggunakam batang ose, lalu diletakkan diatas objek glass.

3.      Setelah itu tetesi dengan gentian violet sebanyak 1-2 tetes.

4.      Tutup dengan cover glass.

5.      lalu amati dibawah mikroskop.


  1. HASIL DAN PEMBAHASAN

a)     Hasil

Pada pewarnaan jamur sampel air menggunakan pewarna methylene blue terbentuk jamur berbentuk bintik bintik berumpun yang menandakan sel jamur tersebut berwarna biru bersel multiseluler

         



 Pada pewarnaan jamur dengan sampel tanah pewarna gentian violet idapat struktur jamur berbentuk bintik bintik berwarna ungu ber sel multiseluler

Pada pewarnaan jamur sampel sayur menggunakan pewarna methylene blue di dapat struktur jamur berbentuk benang memanjang berwarna biru bersel uniseluler

 



 Pada pewarnaan jamur dari sampel sayur menggunakan getian violet di dapat struktur jamur berbentuk benang banyak yang bersel uniseluler berwarna ungu.

 

b)      Pembahasan

            Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut adalah pewarnaan untuk:

1.      Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi ataupun fungi.

2.      Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.

3.      Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.

4.      Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.

Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan memberikan reaksi kalu mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negative. Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan pewarnaan yang bermuatan positif ataupun negatif.

        Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 40 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll.

        Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berfungsi untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri.

 

  1. KESIMPULAN DAN SARAN

A.        Kesimpulan

kesimpulan dari pratikum ini kita dapat mengetahui cara pewarnaan pada jamur dengan menggunakan metode-metode yang benar. Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pewarnaan digunakan untuk membedakan mikroorganisme, khususnya bakteri yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis dan berwarna ungu, sedangkan bakteri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel dan berwarna merah. Pewarnaan spora dapat digunakan untuk membantu identifikasi bakteri. Pewarnaan spora dapat membedakan ada/tidaknya spora dan letak dari spora tersebut di dalam sel. Pewarnaan kapsul ialah metode pewarnaan diferensial yang dikhususkan untuk melihat bagian kapsul dari suatu bakteri. Pewarnaan kapsul merupakan gabungan antara pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. Kapsul tidak memiliki aktifitas yang besar terhadap bahan-bahan cat basa. Beberapa kapsul cepat rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila dicuci dengan air. Karena  kapsul dari berbagai spesies berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama. 

B.        Saran

Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya lebih memperhatikan dan lebih teliti lagi dalam setiap metode yang dilakukan, supaya hasilnya bisa sesuai dengan yang diharapkan. sebaiknya pratikum selanjutnya kita harus lebih banyak menggunakan sempel, supaya dapat lebih memahami dan mengerti, pada saat setelah diamati di mikroskop.


DAFTAR PUSTAKA

  •     Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
  •     Dwidjoseputro, D,1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
  •     Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta
  •     Lay w. Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.PT Raja Grafindo Persada

:Jakarta.

·           Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.

  •     Sutedjo,M,M. , Kartasapoetra, A, G. ,Sastroatmodjo, S.Mikrobiologi Tanah,1996.

    PT. Rhineka Cipta,Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI PERHITUNGAN ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA SAMPEL JAMU

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK IDENTIFIKASI DAN GUGUS FUNGSI PADA TABLET METAMPIRON